BAB
1.ETIKA PENULISAN ILMIAH
Menyusun karangan ilmiah merupakan
suatu keharusan bagi setiap mahasiswa di perguruan tinggi. Oleh karena itu,
mahasiswa mendapatkan tugas-tugas menulis, baik individu maupun kelompok.
Belajar menyusun karangan ilmiah
memberikan manfaat bagi penulisannya. Pertama, melatih menulis untuk
menyusun hasil pemikiran dan penyelidikannya menurut tata cara penulisan yang
lazim berlaku. Kedua, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
dapat mengikuti ide atau gagasan-gagasan yang dikemukakan melalui karangannya.
Untuk mengembangkan ide atau
pemikirannya, penulis perlu mengumpulkan bahan-bahan, baik bahan yang
diperpustakaan maupun berupa penyelidikan. Bahan-bahan pustaka dan penyelidikan
merupakan sumber primer bagi penulis karangan ilmiah. Dengan bahan-bahan itu
penulis dapat menghimpun berbagai pemikiran dan penyelidikan dari para ahli
yang dapat digunakan untuk menunjang tulisan. Jika penulis mengambil
bahan-bahan pustaka untuk dijadikan sumber bagi pegembangan tulisannya, penulis
harus jujur mengatakan bahwa tulisannya itu diambil dari sumber lain. Demikian
ini merupakan etika penulisan ilmiah (teknis).
Penulis berkewajiban untuk mencamtumkan
segala keterangan sumber yang dipergunakan, baik diolah menurut kata-kata
penulis maupun yang dikutip langsung. Jika kewajiban-kewajiban tersebut tidak
dijunjung tinggi maka penulis telah menyalahgunakan kebebasan akdemis dan
ilmiah. Jika demikian, berarti penulis melakukan pemalsuan dan pencurian
(plagiat). Penulis yang melakukan plagiat dapat dituntut sebagai pelanggaran
hak cipta yang diatur di dalam undang-undang (Surakhmad, 1988:17).
Yang dimaksud dengan hak cipta
adalah hak khusus bagi pencipta maupaun penerima hak untuk mengumumkan dan
memperbanyak ciptaannya atau memberi ijin untuk itu. Hak cipta tervdiri dari hak
cipta substantif ialah hak cipta yang melekat pada pencipta dan ciptaannya
bersifat pribadi dan akademik. Hak cipta material ialah hak khsus untuk
mengumumkan, menyebarluaskan, atau memberi ijin untuk itu. Seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama yang membuat atau menyusun karya tulis
mempunyai hak cipta substantif dan hak cipta material. Hak cipta
substantif tidak dapat diindahkan kepada siapapun dengan alasan apapun.
Ada beberapa pelanggaran hak cipta
karya ilmiah.
1. Pelanggaran yang dapat dikatagorikan
sebagai pelanggaran hak cipta meiputi:
a. Pengalihan hak cipta substantif,
b. Menyebarluaskan karya ilmiah atau
karya tulis dengan ijin semua penulis karya tersebut, tetapi dengan sengaja
tidak mencamtumkan semua nama penulis,
c. Pengutipan atau penyiaran kepada
umum suatu karya tulis atau karya ilmiah dengan memuat atau mengambil sebagian
dari karya tulis orang lain dan kutipan menjadi bagian yang dominan dari karya
tersebut, serta
d. Pengutipan yang secara sengaja tidak
mencamtumkan sumbernya secara lengkap sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah
yang dijadikan pedoman oleh pengutip.
2. Berdasarkan jenis pelanggaran
seperti tersebut di atas serta frekuensi (banyaknya) kasus pelanggaran yang
dapat dibuktikan, dapat ditetapkan tingkat pelanggaran sebagai berikut:
a. Pelanggaran ringan,
b. Pelanggaran sedang, atau
c. Pelanggaran berat (Depdikbud,
1996:142)
Dengan memperhatikan beberapa ketentuan
etika penulisan teknis dan hak cipta, penulis harus mempunyai integritas
kepribadian ilmuwan. Salah-satu bentuk integritas keilmuaannya adalah dengan
berkata jujur bahwa apa yang ditulisnya bukan pendapat pribadi, malainkan hasil
rujukan dari bahan lain. Kejujuran dalam merajuk diatur berdasarkan kaidah
uraian seperti pada uraian berikut:
Etika Merajuk
Pengertian rujukan dalam pengertian
teknis ini sama dengan kutipan. Merajuk atau mengutip adalah mengambil pendapat
penulis lain, baik diambil sebagian maupun diambil seluruhnya atau baik secara
langsung maupun tidak langsung. Terdapat ketentuan enam merajuk yaitu (1)
perajukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir, tahun dan halaman, (2) jika
ada dua nama pengarang, perajukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir
kedua pengarang tersebut, dan (3) jika pengarangnya lebih dari dua orang,
perajukan dilakukan dengan cara menulis nama pertama tersebut selanjutnya
diikuti dengan cara dkk. (4) jika nama pengarang tidak disebutkan, yang
dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga penerbit, nama dokuemen yang
diterbitkan, atau nama koran. (5) karya ilmiah terjemahan, perujukan dilakukan
dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya. (6) rujukan dari dua sumber
atau lebih yang ditulis pengarang yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda
kurung dengan titik koma sebagai tanda pemisahnya.
Cara Merajuk Kutipan Langsung
1) Kutipan kurang dari 40 kata
Kutipan yang berisi kurang dari 40 kata
ditulis di antara tanda kutip (”.......”) sebagai bagian yang terpadu dalam
teks utama, dan diikuti nama penulis, tahun, dan nomor halaman. Nama penulis
dapat ditulis secara terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan tahun dan
nomor halaman di dalam kurung. Perhatikan contoh berikut ini.
Prawoto (1988:187) menyatakan ”pengimformasian tujuan belajar
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam hasil belajar kelas jauh dengan
menggunakan modul”.
Nama pengarang disebut bersama dengan tahun penerbitan dan nomor halaman
Contoh:
Kesimpulan dari penelitian itu ”modul untuk media belajar
kelas jauh perlu dilengkapi dengan rumusan tujuan belajar (Prawoto, 1988:190)”.
Jika terdapat tanda kutip dalam kutipan, digunakan tanda
kutip tunggal (’......’)
Contoh:
Hasil penelitian tersebut ”adalah ada korelasi yang
signifikan antara kondisi yang individual ’personality’ pembelajaran dengan
kemampuan berbahasa” (Dulay, 1986:23).
2) Kutipan langsung lebih dari 40 kata
Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih tanpa adanya tanda
kutip secara terpisah dari teks yang mendahului ditulis dengan menyebutkan nama
pengarang diikuti dengan tahun dan halaman dalam kurung. Kutipan ditulis dengan
indentasi 5 (lima) ketukan dan diketik dengan spasi tunggal.
Contoh:
Alwasilah
(1985:87) mengkondisikan kodifibilitas berikut ini:
Condifibility
decribes the lexical defferences between lenguages, while ini general it si
posible to say anyting in one laguage that can be said in any other, the ease
wich certain things can be said reflects a difference in codifiabilit. Thus if
we can reverto something by one term in English but reguire five in Hopi, we
say that thing is more easily codified in English.
Apabila dalam terdapat paragraf baru
lagi, baris baru itu dimulai dengan ketukan lagi dari tepi teks kutipan.
Kutipan yang sebagian dihilangkan
Dalam mengutif langsung terdapat kata-kata dalam kalimat
yang dihilangkan, kata-kata yang dihilingkan pad bagian awal dan tengah kitipan
diganti dengan titik tiga (...), dan jika dihilangkan pada bagian akhir diganti
dengan titik empat (....).
Contoh:
1) “Communication is a process by wich information is
exchanged between individuals through a common system of symbol,..., or
bihavior”. (Alwasilah; 1986:9).
2) Alwasilah (1986:9) menjelaskan bahwa “Communication is
a process by wich information is exchanged between individuals through a common
system of symbo....l”
Cara
merujuk kutipan tidak langsung
Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dikemukakan
dengan bahasa penulis, ditulis dengan menyebut nama pengarang disertai kurung,
tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks.
Contoh:
1) Arikunto (1986:90) menyebutkan bahwa alat tes harus
memenuhi syarat antara lain: valid reabel, objektif, dam ekonomis.
2) Alat tes yang baik harus memenuhi beberapa kriteria,
yaitu valid, reabel, objektif, praktis, dan ekomomis (Arikunto, 1986:90).
Cara
merujuk kutipan yang telah dikutip
Kutipan yang dirujuk dari kutipan dapat dilakukan dalam
keadaan darurat, yaitu benar-benar tidak didapatkan sumber aslinya. Pada
prinsipnya penulisan kutipan yang telah dikutip sama dengan penulisan kutipan
asli. Perbedaannya terletak pada penulisan rujukan.
Contoh
Wabhankamnas (dalam Sudomo, 1993) menyebutkan bahwa ditinjau
dari segi pembangunan nasional dan pengaruh lingkungan strategis, peluang yang
dimiliki berupa wadah trigatra, yaitu giografi, sumber kekayaan alam dan
demografi.
Penulisan Daftar Rujukan
Daftar rujukan berupa daftar yang berisi buku, artikel, atau
bahan-bahan lainnya yang benar-benar dirujuk arau dikutip, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang dibaca akan tetapi tidak dikutip
seyogyanya tidak dicantumkan dalam daftar rujukan, sedangkan semua bahan yang
dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung dalam teks harus dicantumkan
dalam daftar rujukan. Pada dasarnya, unsur yang ditulis dalam daftar rujukan
meliputi secarabertrut-turut: (1) nama pengarang ditulis dengan urutan: nama
akhir, nama awal, dan nama tengah tanpa mencantumkan gelar akademik, (2) tahun
penerbitan, (3) judul, termasuk sub judul, (4) tempat penerbitan, (5) nama
penerbit. Penyusunan daftar rujukan disusun berdasarkan urutan abjad
(alfabetis) nama pengarang. Daftar rujukan diketik dengan spasi tunggaldalam
satu judul, sedangkan pergantian antar judul diketik dua spasi. Barsi kedua dan
seterusnya dalam satu juduk diketik masuk dengan indentasi lima ketu. Cara
penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Unsur-unsur daftar rujukan dapet bervariasi tergantung pada
jenis sumber pustakannya.
1)
Sumber dari buku
Tahun penerbitan dituilis setelah nama pengarang, diakhiri
dengan titik. Judul buku digarisbawahi atau ditulis dengan huruf miring, dengan
huruf besar pada awal setiap kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan
nama penerbit dipisahkan dengan titik dua (:).
Contoh:
Garry, R. dan
Kingsey, Howard L. 1970. The Nature and Condtion of Learning. Englewood
Cliffs: Prentice Hall Inc.
Busri, Hasan.
2003. Analisis Wacana Teori dan Penerapannya. Malang: FKIP Universitas
Islam Malang.
Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber dan ditulis
oleh orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun
penrbitan diikuti dengan lambang a, b, c, dan seterusnya yang urutannya ditentukan
secara kronologis atau berdasarkan urutan abjad judul buku-bukunya.
Contoh:
Hadi,
Sutrisno. 1982a. Mitodelogi Research. Jilid 1, 2, dan 3. Yogyakarta:
Yayasan Penerbitan FE UGM.
Hadi,
Sutrisno. 1982b. Pengantar Statistik. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
2)
Sumber dari buku yang berisi kumpulan artikel (ada editornya)
Seperti menulis sumber dari buku ditambah dengan tulisan
(Ed.) jika ada satu editor dan (Eds.) jika editonya lebih dari satu orang,
diantara nama pengarang dan tahun penerbitan.
Contoh:
Letheridge,
S. dan Cannon, C.R. (Eds.).t.t. Billingual Education Teaching as a second
language. New York: Prager.
Miarso,
Yusufhadi. (Ed.).1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta:
Pusteskom Dikbud dan Rajawali.
3)
Sumber dari artikel dalam buku kumpulan artikel (ada editornya)
Nama pengarang artikel ditulis di depan mengikuti dengan
tahun penrbitan. Judul artikel ditulis tanpa garis bawah atau cetak miring.
Nama editor ditulis seperti nama biasa, diberi keterangan (Ed.) bila hanya satu
editor dan (Eds.) bila lebih darisatu editor. Judul buku kumpulannya
digarisbawahi atau ditulis dengan huruf miring, dan nomor halamannya disebutkan
dengan kurung. Judul artikel ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama
kata pertama judul ditulis dengan huruf besar atau kecil.
Contoh:
Hartley,
J.T., Harker, J.O. dan Walsh, D.A. 1980. Contemporary Issues and New
Direction in Adult Development of Learning and Memory. Dalam Poon, L.W.
(Ed.), Aging in Psycological Issues (halaman 239-252). Washington,
D.C.: American psychological Assosiations.
4)
Sumber dari artikel yang dimuat di surat kabar atau majalah
Nama pengarang ditulis paling depan, diikuti oleh tahun,
nomor (jika ada). Judul artikel bisa ditulis tanpa garis bawah, dan ditulis
dengan huruf kecil semua, kecuali pada huruf awal pertama. Nama majalah ditulis
dengan huruf kecil kecuali huruf pertama pada setiap setiap kata, diberi gars
bawah. Nomor halaman tersebut pad bagian akhir.
Contoh:
Nurhidayat,
Imam. 1993, 5 Mei. Kemiskinan dan Permasalahnnya. Republika, halaman 4.
Busri,
Hasan. 1998. 22 Oktober. “Bahasa Indonesia Kehilangan Kepercayaan”. Surabaya
Post, halaman 4.
5) Sumber dari Surat Kabar atau
Majalah tanpa Penulisnya
Menuliskan sumber acuan yang diperoleh dari surat kabar atau
majalah yang tidak ada nama pengarangnya, nama surat kabar atau majalah ditulis
di bagian awal. Tahun dan tanggal ditulis setelah nama surat kabar atau
majalah. Kemudian diikuti judul artikel yang dicetak miring atau dicetak tebal
dan diikuti dengan menuliskan nomor halaman di mana artikel itu dimuat. Berikut
ini cara penulisan yang dimaksudkan.
Jawa Pos.
2001, 22 April. Masalah Sosial Cenderung Meningkat. halaman 12.
Kompas. 2001.
27 Desember. Peningkatan Arus Mudik Lebaran. halaman 7.
6)
Sumber dari dokumen
Judul atau nama dokumen ditulis pada bagian awal dengan
garis bawah atau huruf miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit,
dan nama penerbit.
Contoh:
Garis-Garis
Besar Haluan Negara 1993:
Yogyakarta: Penerbit Gajahmada.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1982 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: Diperbanyak
oleh PT Armas Duta Jaya.
7) Sumber dari lembaga yang ditulis
atas nama lembaga
Nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan,
diikuti dengan tahun, judul karangan, nama tempat penerbitan, dan mana lembaga
tertinggi yang bertanggung jawab atas penerbitan tersebut.
Contoh:
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Laporan Penelitian.
Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
8)
Sumber dari karya terjemahan
Sumber
acuan dari karya terjemahan, nama pengarang asli ditulis terlebih
dahulu,kemudian diikuti tahun terbit dan judul buku (ditulis dengan cetak tebal
atau huruf miring). Setelah itu baru nama penerjemah dikikuti tahun, kota, dan
nama penerbit. Berikut ini disajikan contoh cara menuliskan sumber acuan yang
diambil dari karya terjemahan. Contoh:
Ary, Donald;
Jacobs, L.C. dan Razavieh, A. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. 2004. Yokyakarta: Pustaka
Pelajar.
9)
Sumber yang berasal dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Sumber
acuan yang didapatkan dari sumber skripsi, tesis, atau disertasi cara
penulisannya dalam daftar acuan adalah dengan menuliskan nama pengarang yang
diikuti tahun penyusunan yang terdapat pada halaman sampulnya, judul skripsi,
tesis, atau disertasi yang dikutip (dicetak miring atau cetak tebal), kemudian
diikuti pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, lalu
diakhiri dengan nama fakultas dan lembaga perguruan tinggi. Contoh:
Busri, Hasan. 2003. Pengembangan Materi Pembelajaran Keterampilan
Menyimak Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. Tesis tidak diterbitkan.
Program Pascasarjana IKIP Malang
10) Sumber dari
makalah yang disajikan dalam Seminar atau Lokakarya
Sumber acuan dari makalah yang disajikan dalam suatu seminar
atau lokakarya, cara penulisannya adalah dengan menuliskan nama penulis
terlebih dahulu, lalu tahun penyajian makalah, judul makalah (dicetak miring
atau dicetak tebal), kemudian diikuti pernyataan Makalah disajikan dalam .....,
nama pertemuan, lembaga penyelenggara pertemuan, tempat petemuan diadakan, dan
terakhir tanggal pertemuan.
Contoh:
Busri,
Hasan . 1993. Problematik Pengajaran Bahasa Daerah Makalah disajikan
dalam Seminar Pelestarian Bahasa dan Budaya Madura yang diadakan oleh Lembaga
Pemberdayaan Sumberdaya Manusia di Gedung PUSPENMAS Pamekasan, 12 Oktober 1993.
.
0 komentar:
Posting Komentar